01. What You See Isn't Always The Truth

“Arghhh!”

Sonya memekik keras di pelataran kampus dekat kantin. Gadis itu telungkupkan kepala di antara tumpukan tangan depan laptop. Menangisi hasil penghitungan aplikasi SPSS yang tidak juga mengeluarkan hasil sesuai dengan prediksinya, setelah iterasi berulangkali. Bunga, Jihan, dan beberapa teman yang lain dibuat terkejut dengan teriakan melengking yang sepertinya terdengar sampai ruang dosen.

“Lo kenapa sih, Nya?! Hampir dua bulan ini kayak orang dikejar setan aja,” ucap Bunga menenangkan.

Jihan menyahuti, “Tau! Kayak awal bulan ini, semua orang kaget lo tiba-tiba udah sidang proposal. Kayak enggak ketebak anjir!”

Ian yang duduk tidak jauh dari ketiganya bergabung dan ikut menyahuti, “Nimbrung! Gue sama anak-anak yang lain juga kaget banget lo mendadak sidang proposal. Padahal sebelumnya lo udah nangis-nangis karena dosbing lo modelan Pak Bagas yang banyak mau. Lo pasang pelet apaan ke itu dosen?!”

Sonya angkat kepala dan meniup poninya cepat. “Gue enggak ada melet Pak Bagas. Yang ada gue mohon-mohon sama beliau buat nempa gue dalam sebulan bisa sidang proposal. Toh gue udah selesai sampai bab tiga aslian, cuma sebelumnya mager aja benerin latar belakang selama kerangka berpikir sesuai kemauan Pak Bagas,” terang Sonya.

“Apa yang tiba-tiba bikin lo rajin begini?! Mau lulus semester ini lo?!” tanya Bunga.

“Kalau bisa,” sahut Sonya.

“Lo ngejar apaan deh?” cibir Jihan.

“Mau dinikahin lo sama bo-nyok, makanya ngejar lulus?” Pertanyaan Ian membuat tangan Sonya reflek memukul punggungnya.

“Anjing, Nya! Ya kagak lo pukul juga! Gue 'kan nanya!” teriak Ian.

Sonya mendengus sebal. Ia tidak mungkin memberitahu teman-temannya alasan ia ngebut lulus. Bunga mungkin tidak akan terkejut, tetapi Jihan, Ian, dan teman-teman yang lain pasti akan melongo dan berlanjut menertawai kebodohan Sonya menjadikan Tomy kekasihnya sebagai alasan ia mempercepat kelulusan.

“Ya udah, ya udah. Sonya udah stress sama analisis dia, jangan lagi digituin,” potong Bunga.

Ingatkan Sonya untuk berterima kasih pada Bunga setelah ini. Gadis itu menyelamatkan Sonya dari ke-kepo-an Jihan dan Ian.

“Terus gue harus gimana? Bantuin soal SPSS?! Not my league, okay?!” balas Ian.

Jihan bersua, “Kenapa enggak minta tolong sama Pak Tomy aja? He is literally the boss on that field. Semua penelitian yang pake SPSS di departemen kita dipegang Pak Tomy 'kan.”

“Nah iya! Tanya Pak Tomy aja, Nya. Bukannya beliau juga yang minta analisis lo pakai SPSS? Pak Tomy penguji lo 'kan pas sidang kemarin,” imbuh Ian.

Bunga dan Sonya saling bertatapan. Netra mereka seakan berbicara dengan satu sama lain. Bunga ragu-ragu, namun Sonya tersenyum lebar. Kenapa tidak terpikirkan oleh Sonya bertanya pada Tomy. Bagaimana pula Sonya bisa lupa kalau pria itu adalah salah satu dosen penguji saat sidang proposal kemarin.