03. Help Him Getting Out of Problem

"Berapa Mbak harga satu buketnya?"

"Tujuh puluh lima ribu, Kak."

Beres membayar buket berisikan bunga Mawar dan Peony, Tomy memasuki mobil dan bergegas membelah jalanan ibu kota. Bibirnya tak ayal menyenandungkan alunan lagu yang diputar melalui radio favorit kawula muda.

Tomy hendak melamar kekasihnya Gigi, yang sudah ia pacari sejak semester tiga perkuliahan. Sudah enam tahun mereka bersama dan menurut Tomy sekarang adalah waktu yang tepat untuk dilanjutkan ke jenjang lebih serius. Tidak banyak yang bisa Tomy janjikan untuk Gigi, namun selama dua tahun sejak kelulusan ia usahakan yang terbaik untuk masa depan. Membelikan unit apartemen di tengah-tengah antara tempat kerja-nya dengan Gigi, masih menyicil sih. Menyisihkan sebagian uang untuk pernikahan mereka, yang jika perkiraan Tomy tepat maka pernikahan bisa dilaksanakan tahun depan.

Tak terasa, Tomy tiba di depan rumah Gigi. Tidak begitu pas di depan, karena di dekat pagar ada mobil lain terparkir. Tomy awalnya tidak menyadari siapa pemilik mobil, hingga ia mendorong sedikit pagar yang terbuka dan menyaksikan sesuatu yang tidak pernah ada di bayangannya.

"Gi, kamu mau ke mana hari ini? Ada janji sama Tomy?" tanya pria yang Tomy kenali dengan sangat baik. Pria itu Sena, teman kuliahnya dan Gigi.

"Enggak, hari ini Tomy ada kerjaan lain. Jadi hari ini aku milik kamu seorang," balas Gigi dalam pelukan Sena.

Keduanya tanpa pikir panjang menyatukan bibir, membuat cengkeraman Tomy pada buket mengeras. Bahkan buku-buku jari terlihat nyata, sebagai petunjuk bahwa Tomy benar-benar emosi. Ia marah dan juga kecewa dengan pengkhianatan yang Gigi lakukan. Tak tahan, Tomy menjauh dan berjalan tanpa arah mengelilingi komplek perumahan Gigi. Tidak ada pikiran sekalipun untuk kembali masuk ke dalam mobil. Tomy linglung, tidak tahu harus berbuat apa untuk menyalurkan rasa sakit yang kian lama menjalar dari hati ke seluruh saraf dan nadi. Tidak pernah Tomy merasa sekecewa itu dalam hidupnya. Pengkhianatan Gigi seketika meruntuhkan dunia Tomy.

Bahkan ketika hujan turun, Tomy tidak juga mencari tempat berteduh. Ia biarkan tubuhnya basah kuyup, bahkan sepertinya tidak lagi peduli apabila dirinya jatuh sakit atau mati. Karena jauh lebih sakit ketika kamu dikhianati oleh orang terpenting dalam hidupmu.